What you feel is what you think…

Several days ago, I attended a student conference in Bandung for 4 nights. It becomes the first international conference for me. Before joined there, what I am thinking is the conference will be like this, like that, and so on. However, my imagination so bombastic!
But, in fact, the actual happened is not like what I imagine. The first day, okay, I got new friends from many different countries. The second day, I am still okay, I tried to convince myself this is still the second day, it’s a common thing if I was not enjoy it yet. Comes to third day, hey! I haven’t got the spirit of this conference anyway! What’s going on with this conference?
Then I asked some of my friends about what I was feeling, accidentally, two of them have the same feeling with me. Alright, there’s something wrong with this conference. Then I asked another two friends, they said exactly the the opposite statement. Och, now who is wrong? The conference? Or I and two of my friends? Huff…
One of my friends told me that there are many things that we got through this conference. Yeah, I do think so, but I am looking for the spirit actually. He said to me, “Why don’t you just enjoy it? It could be there is no the second chance to be here?”
Ehm, I think he’s right, why don’t I just enjoy this conference? And then I begin spending my time to discuss a lot with many friends about cultural heritage in each own countries. Find much more friends, exchange phone number each other, have a picture and have fun together. I start thinking that I am enjoying this event. Really!
The fifth day, the conference is end. I feel regret because I have to say goodbye to all the body in this conference. But fortunately, I could enjoy this conference even only in the third and the fourth day. It’s better late than none. It doesn’t matter how the agenda is, when I am thinking that I am enjoying it, I really enjoy it! 🙂 (Mega Aisyah)

Agaknya kita kurang menghargai orang lain

Beberapa waktu yang lalu, saya menghadiri sebuah seminar nasional yang diselenggarakan oleh lembaga kampus di universitas dimana saya menimba ilmu. Dan yang terjadi adalah, seperti yang kerap kali terjadi, acara dimulai setelah mengalami masa ‘ngaret’ selama kurang lebih satu jam. Tahu khan mengapa acara seminar tersebut ‘ngaret’? Benar, para pembicara atau orang-orang yang notabene ‘orang-orang penting’ mempunyai banyak kesibukan yang mengharuskan mereka datang tidak pada waktunya. Walau bagi saya, kesibukan bukan alibi yang kuat untuk membebaskan diri dari ketidakdisiplinan di mata saya. Maaf, sebenarnya bukan ketidakdisiplinan itu yang ingin saya bahas. Hehehe… Yang ingin saya bahas adalah sikap kurang menghargai para mahasiswa terhadap para pembicara, terlepas dari ketidakdisiplinan para pembicara ya. :).
Baiklah, menurut undangan, seminar dimulai pukul 08.00 sampai selesai. Ada 6 (enam) pembicara di seminar ini. Tentunya, 6 pembicara bukanlah jumlah yang sedikit. Dan itu artinya, panitia penyelenggara dan moderator harus pandai mengatur waktu.
Karena di awal acara sudah molor, otomatis acarapun berakhir molor. Dan saya yakin, acara seminar ini sudah melebihi dari waktu yang ditargetkan oleh pihak penyelenggara. Sekitar pukul 13.00, semua pembicara sudah menyampaikan materinya dan tibalah waktu untuk penyerahan bingkisan pada semua pembicara dan moderator. Saat saya menengok ke belakang, kebetulan saya duduk di kursi paling depan, hanya tersisa segelintir orang di belakang saya. Jlek! Tiba-tiba hati saya menjadi tidak enak. Di depan saya, para pembicara sedang menerima bingkisan dengan senyum lebar mereka, sementara di belakang saya, hanya ada kursi-kursi kosong. Ach, rasanya tidak bisa saya deskripsikan. Yang jelas, pasti menyakitkan.
Para pembicara memang diundang untuk menyelesaikan dan mengikuti semua rangkaian seminar hingga waktu yang ditentukan oleh pihak penyelenggara. Tapi, mereka juga punya perasaan. Mereka ingin dihormati sebagai layaknya manusia normal lainnya. Dan saya, juga belajar dari pengalaman. Dulu kala, karena tidak sabar mendengar pembicara yang terlalu bertele-tele dan membosankan, saya meninggalkan ruangan seminar yang masih berlangsung. Sebagai hasilnya, saya menyesal dan bertekad akan lebih menghargai panitia penyelenggara, terlebih para pembicara. Jadi, sebelum ada penyeselan yang lain, mari, kita belajar untuk lebih menghargai orang lain. 🙂 (Mega Aisyah)